Pages

Subscribe:

Blogroll

Welcome to Naungan Genggaman Kecil, feel enjoy :)

Minggu, 04 Maret 2012

Pendidikan dengan Harapan dan Mimpi

Berbicara mengenai pendidikan di era yang serba bebas, maka kamu akan menyadarinya bahwa hidup tanpa berpendidikan seakan buta. Termasuk saya menyadarinya. Namun tingkat pendidikan yang dinomor satukan oleh orang yang menengah ke atas tidak selalu berpikir bahwa pendidikan di Indonesia ini berat sebelah. Karena, tidak semuanya dapat sekolah (yang merupakan salah satu sarana penunjang pendidikan) baik yang memang sudah standar nasional atau pun daerah.

Miris! Satu kata yang ingin terucap keluar tanpa perlu dipikirkan ulang. Lihat saja tetangga kanan-kiri mu apakah semuanya sudah layak mendapatkan pendidikan? Apalagi di zaman serba cepat dan modern yang sudah didukung teknologi dan komunikasi menjadi embel-embel pendidikan sudah berkembang pesat.

Maka, kita sebagai generasi muda yang meneruskan cita-cita mereka yang sudah gugur dalam peperangan sebaiknya sadar akan hak dan tanggung jawab kita. Sehingga pendidikan saat ini seperti menjadi dasar dari segalanya. Contoh nyata, kamu membaca koran lowongan kerja, maka kamu mengetahui bahwa makin tinggi zaman maka makin tinggi pendidikan yang harus di embat. Oh Tuhan, begitu susahnya bila melihat dunia ini.

Kasihan kan, mereka yang ingin mencicipi baunya sekolah tidak bisa merasakannya karena tidak memiliki biaya untuk sekolah. Sehingga di mana iming-iming pendidikan yang kita rasakan mereka juga rasakan. Rasanya tidak adil kalau kita bermalas-malasan mendapatkan ilmu dengan mudah, tapi mereka yang kurang mampu tak merasakannya. Tapi, kita tidak bisa seenaknya mengucapkan ini semua salahnya pemerintah atau ini semua karena rakyat yang bermalasan. Ini terjadi murni karena hukum alam, bahwa tak semua berjalan sesuai jalurnya.

Kalau kita melihat sejarah munculnya pendidikan yang menjadi umum bagi masyarakat yaitu pada saat Belanda tak membagi ilmunya kepada masyarakat. Hanya mereka yang mempunyai pangkat bisa merasakan pendidikan. Apalagi ketika Ibu Kita Kartini dengan emansipasinya tidak menjadikan wanita di dapur mulu tapi diiringi dengan mengurus suami dan keluarga sebagai tanggung jawab. Mengapa mereka yang berjuang demi pendidikan bisa memanfaatkan pendidikan yang mereka dapat?

Karena mereka memiliki h-a-r-a-p-a-n.
Karena mereka memiliki m-i-m-p-i.

YA! Dengan adanya harapan dan mimpi apapun dapat terjadi bila ditekuni sungguh-sungguh. Maka, janganlah takut untuk berharap dan bermimpi. Bahwa hidup ini didasari pendidikan yang kita manfaatkan maka hidup juga terasa bermanfaat dengan dilandasi moral yang kuat. (Angelika)

cuap-cuap Angel, Minggu 4 Maret 2012

0 komentar:

Posting Komentar